Selasa, 21 Mei 2013

HUKUM UNIVERSAL HIDUP SUKSES



Melanjutkan pelajaran tentang Hukum Universal Kehidupan sebelumnya, di halaman-halaman berikut akan Anda temukan penjabaran dan penjelasan segamblang tetapi juga sesederhana mungkin tentang semua unsur Hukum Universal Sukses yang akan membantu Anda menikmati kehidupan sukses total.
Walaupun ada satu Hukum Universal Sukses yang menjadi selebriti dunia saat ini, yaitu the Law of Attraction (Hukum Ketertarikan), tetapi sebenarnya saudara-saudara hukum semesta yang satu ini sebenarnya banyak sekali.
The Law of Attraction bukanlah anak tunggal. Jadi kalau dari semua Hukum Universal Sukses yang mengatur kesuksesan hidup semua manusia ini baru LOA yang Anda tahu, maka Anda perlu membaca pelajaran ini sampai tuntas.
Memahami semua Hukum Semesta yang mengatur kesuksesan hidup ini penting sekali bagi kita karena segala yang terjadi dalam hidup kita ini terpengaruh olehnya. Penerapan dengan baik Hukum-hukum Alam yang mengikat semua manusia ini akan menentukan kadar kesuksesan dan kepuasaan hidup yang Anda rasakan.
Sudah banyak yang mengetahui dan menerapkannya. Sudah banyak yang menikmati sukses luar biasa karenanya. Sekarang giliran Anda.
Berikut Beberapa Hukum Semesta atau Hukum Universal Sukses:
Beberapa hukum yang terlalu panjang untuk dijelaskan dalam satu halaman di sini akan dibahas lebih lanjut di halaman terpisah.

1. The Law of Divine Oneness:

Jujur saya kesulitan menemukan terjemahan yang benar-benar tepat untuk hukum semesta yang pertama ini.
Tetapi intinya Hukum Kesatuan yang Divine ini menyebutkan bahwa untuk membantu kita memahami banyak hal yang terjadi di dunia ini, kita harus ingat bahwa kita hidup di dunia di mana segala sesuatunya berhubungan, terhubung, dan tersambung dengan segala sesuatu yang lain.
Semua yang kita pikirkan, kita lakukan, kita rasakan, serta kita percaya, mempengaruhi pihak lain dan lingkungan di sekitar kita.
Kita semua pada esensinya adalah SATU kesatuan dengan sesama manusia lainnya. Kita semua (umat manusia) adalah SATU badan yang besar, punya banyak anggota tubuh berbeda, tetapi kita tetaplah SATU.

2. The Law of Vibration or Frequency:

Hukum Getaran atau Frekuensi ini menyebutkan bahwa semua hal di alam ini pada dasarnya tersusun dari quanta yang memiliki pola getaran atau frekuensi tertentu.
Prinsip bahwa segala sesuatu bergetar dan memiliki frekuensi tertentu ini berlaku tidak hanya pada apa yang bisa kita amati dengan mata telanjang, tetapi juga apa yang tidak kasat mata seperti suara, bau, cahaya, bahkan juga pikiran kita, perasaan kita, tindakan kita, kemauan kita, segala bentuk emosi kita, sehingga apa yang kita "pancarkan" dari dalam diri kita ini juga akan ditangkap oleh mereka yang berada di sekitar kita.
Apapun yang kita "pancarkan" ini akan bertemu dengan pikiran dan tindakan yang berfrekuensi sama.
Mungkin Anda masih ingat percobaan garpu tala pada pelajaran fisika kita di SD atau SMP dulu? Satu garpu tala yang digetarkan bisa menggetarkan garpu tala lain yang berada di dekatnya padahal mereka tidak bersentuhan sama sekali.
Itu karena segala sesuatu, pada level terkecilnya, pada level quantum, adalah energi yang masing-masing memiliki frekuensi getaran tertentu, frekuensi uniknya sendiri.
Ya, semua hal memiliki frekuensinya sendiri-sendiri! Termasuk pikiran, perasaan dan ide-ide Anda.

PENTING

Pemahaman akan Hukum Frekuensi atau the Law of Frequency ditambah dengan pemahaman akan Hukum the Law of Attraction ini penting sekali karena Anda harus tahu, bahwa apapun yang terjadi dalam hidup Anda, apapun yang menghampiri hidup Anda, pada esensinya "ditarik" sendiri oleh "getaran" atau "frekuensi" yang Anda pancarkan. Tidak mungkin tidak.
Selain segala sesuatu di alam ini pada dasarnya memiliki vibrasi atau frekuensi tertentu, dia juga bergerak, bergetar dan berpindah tempat dengan pola melingkar. Karenanya, segala frekuensi kita ini akan kembali ke kita lagi pada akhirnya.
Ibaratnya stasiun radio, bila Anda hanya menyiarkan musik dangdut, maka pendengar Anda adalah mereka yang menyukai jenis musik ini saja. Mereka yang benci jenis musik ini tidak akan dekat-dekat dengan radio Anda.
Dan karena Anda hanya menyiarkan yang "dangdut-dangdut" saja, maka yang mengerubungi Anda juga yang "dangdut-dangdut" saja.
Dalam kehidupan nyata, ini bisa kita lihat pada fakta bahwa hanya mereka yang memiliki minat, hobi, visi dan cara pandang yang sama sajalah yang akan bisa saling bergaul akrab, atau bahkan menjadi teman erat dalam waktu lama.
Bahasa gaulnya, mereka yang tidak satu frekuensi adalah "gak klik", "gak nyambung", "gak cocok".
Berita bagusnya bila kita memahami Hukum Frekuensi ini adalah kita bisa dengan mudah mengubah kondisi hidup kita dengan cara mengubah frekuensi terdasar kita, sistem keyakinan yang kita miliki, cara pandang kita, pikiran dan sikap kita kepada dunia.
Bila menginginkan sesuatu yang positif, maka pancarkanlah frekuensi yang positif pula.
Frekuensi diri yang positif menarik frekuensi positif lainnya untuk datang mengerubungi kita.

3. The Law of Correspondence (Hukum Kesesuaian):

Hukum Kesesuaian ini, secara sederhananya, menjelaskan bahwa apa yang berlaku di luar diri kita, apa yang tampak, atau yang terjadi di kehidupan fisik kita, pasti sesuai dengan apa yang terjadi di dalam diri (di dalam benak, hati dan pikiran kita).
Dengan kata lain, apa yang terjadi pada kita, semua tindakan kita, kata-kata kita, adalah cerminan dari isi pikiran kita.
Dengan kata lain lagi: "The inner determines the outer" atau "As inside, so outside" atau "What's going on inside will show on the outside".

4. The Law of Cause and Effect (Hukum Sebab Akibat):

Hukum sebab akibat ini menggariskan bahwa di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan, atau terjadi di luar lingkup hukum-hukum alam ini.
Semua yang terjadi pada kita ini terjadi akibat adanya suatu sebab. Tidak ada kebetulan, tidak ada "kecelakaan", atau ketidak-sengajaan.
Untuk setiap tindakan akan ada reaksi (aksi balik) atau konsekuensinya, dan kita hanya "memetik apa yang telah kita tanam saja", tidak lain.
Dan karenanya, banyak orang yang mengenal hukum ini sebagai Hukum Tanam Tuai.

5. The Law of Reciprocation (Hukum Berbalas).

Menurut Hukum Berbalas ini, segala sesuatu yang kita lakukan ada balasannya, balasan yang setimpal (sebanding).

6. The Law of Reciprocity (Hukum Timbal Balik):

Hukum Timbal Balik ini adalah partner Hukum Berbalas sebelumnya (Law of Reciprocation), dan ia menggariskan bahwa untuk bisa memberi harus ada yang menerima, untuk bisa menerima harus ada yang memberi.
Menurut hukum ini, tidak ada yang lebih baik antara tangan di atas dengan tangan di bawah. Kedua posisi tangan ini adalah partner, rekanan atau mitra yang saling melengkapi.
Tangan di atas sama baiknya dengan tangan di bawah selama keduanya dilakukan dengan porsi yang seimbang dan harmonis.
Kran rejeki kita akan terbuka karena pemberian yang efektif mengaktifkan "hukum imbalan sepuluh kali lipat" atau "the law of ten-fold return", sehingga uang sedikit yang kita berikan, kembali ke kita berlipat ganda menjadi sumber rejeki baru.
Saya harap Anda sudah semakin yakin bahwa kalau Anda ingin segera sukses, kaya dan bahagia dalam hidup ini, maka Anda harus segera mulai memberi, detik ini juga.
Mulai dengan memberikan apa yang sudah Anda punya lebih dahulu dan yang Anda merasa nyaman melepaskannya dari hidup Anda.
Semua perjalanan dimulai dengan satu langkah kecil.
Semua anak belajar bicara dengan satu kata sederhana lebih dahulu. Jadi kalau memberi ini adalah suatu hal baru dalam hidup Anda, Anda harus memulainya dengan yang Anda bisa. Dengan yang Anda merasa nyaman, dan bukan karena merasa terpaksa atau karena merasa ini adalah sebuah persyaratan.

Terus memberi tanpa bersedia menerima juga menimbulkan kondisi tidak sehat, di mana si pemberi konstan tersebut bisa terjebak untuk merasa cukup dan tidak memerlukan bantuan siapapun, padahal hal ini tidaklah benar. Tidak ada seorangpun yang totally independent atau benar-benar mandiri di dunia ini sehingga tidak memerlukan bantuan orang lain.
Kondisi tangan di atas terus menerus juga bisa tidak sehat di mana bisa jadi hal tersebut melampaui kemampuan si pemberi.
Bahaya ketiga tangan di atas terus menerus adalah timbulnya rasa "sombong" yang halus tapi dengan pelan menggerogoti "rasa butuh" kita kepada yang lain, bahkan kepada Sang Pencipta.
Sementara kondisi tangan di bawah terus menerus juga sama tidak sehatnya karena ini bisa membebani orang lain, melemahkan rasa kepercayaan diri, mematikan potensi diri untuk menjadi besar, serta mengaburkan iman kita kepada penjagaan Tuhan bila kita terus menyandarkan diri pada bantuan orang lain.
Yang jelas, menurut Hukum Reciprocity (atau Hukum Timbal Balik) ini, hanya kondisi balas membalas dan timbal balik-lah yang sehat dan harmonis di alam ini. Ya, memberi, ya menerima. Mau menerima, tapi juga mau memberi. Terus bergantian.
Agar tindakan memberi menjadi lengkap harus ada yang menerima. agar ada tangan yang di atas harus ada tangan yang di bawah. Kedua pihak sama pentingnya, dan semua manusia harus mau berganti peran menjadi kedua pihak untuk melengkapi siklus sukses memberi dan menerima ini. (Nah, pola lingkaran lagi, kan?)
Hukum ini harus dipahami benar oleh siapapun, karena masih banyak sekali yang beranggapan bahwa tangan di atas itu lebih baik sehingga akibatnya banyak sekali mereka yang sebenarnya membutuhkan tidak berani meminta bantuan, atau sebaliknya terjebak "kesombongan" tidak mau menerima bantuan yang diulurkan.
Saya pernah memberikan zakat harta saya ke seorang tetangga yang kebetulan adalah seorang tukang becak dengan 3 anak di bawah 10 tahun yang putus sekolah. Ternyata dia menolak mentah-mentah, mengembalikannya dengan kata-kata yang cukup menyakitkan saya sebagai pihak pemberi.
"Saya masih mampu menghidupi anak-anak saya. Saya tidak butuh belas kasihan Ibu. Terima kasih, tapi berikan saja sedekah Ibu tersebut kepada yang lebih berhak", begitu katanya sedikit ketus.
Saya coba jelaskan bahwa ini bukan sedekah tapi hadiah, atau beasiswa untuk anak-anaknya atau apalah, tapi bukan sebuah belas kasihan dsb... tetap saja hasilnya ditolak dan akhirnya saya harus pulang dengan sedih karena "lingkaran" saya belum lengkap.




7. The Law of Compensation (Hukum Kompensasi atau Penggantian):

Kalau Hukum Berbalas dan Sebab Akibat di atas berlaku umum untuk semua hal, baik yang baik maupun yang buruk, maka Hukum Penggatian atau Kompensasi ini merupakan Hukum Berbalas yang khusus untuk sesuatu yang baik saja.
Artinya, kita pasti menerima imbalan baik dari hal baik yang kita lakukan. Hukum Kompensasi ini juga menggariskan bahwa kita berhak dan pasti akan menerima "upah" atau "bayaran" atas semua pekerjaan baik yang kita lakukan.
Karena adanya Hukum Kompensasi ini, kita pasti akan diberi upah yang layak, yang baik, yang sepantasnya untuk semua perbuatan baik kita.
Di sisi lain, hukum ini juga menggariskan bahwa kita juga dituntut untuk mau membayar atas pekerjaan baik orang lain yang diberikannya kepada kita.
Lebih luasnya, hukum ini menuntut kita semua untuk mau memberi imbalan yang sepantasnya (yang baik) untuk semua hal baik yang kita terima, dari siapapun.
Karena hukum ini, kalau kita mengharapkan mendapat servis atau produk yang bagus, kita harus mau membayar dengan harga yang bagus, yang pantas atau layak, untuk produk dan layanan tersebut.
Sementara bila kita maunya membayar apa adanya, maka biasanya yang kita dapat juga pelayanan yang apa adanya.
Law of Compensation atau Hukum Kompensasi sering diwakili di dunia ini oleh kata-kata "Harga tidak pernah bohong."
Itu karena untuk segala sesuatu yang baik, kita memang perlu modal yang besar untuk membuatnya, sehingga mereka yang menginginkan barang yang bagus ini, juga harus berani membayar atau memberi kompensasi atau penggantian yang setimpal pula.
Intinya menurut Hukum Kompensasi ini, semua pekerjaan kita yang baik pasti diberi penggantian yang layak, tetapi kita juga punya kewajiban untuk memberi bayaran yang layak untuk pekerjaan, produk, jasa atau layanan orang lain.
Hukum Ketertarikan ini adalah salah satu hukum universal sukses paling terkenal sebagai akibat diangkatnya ia menjadi selebritis melalui buku dan film "the Secret" yang mendunia.
LoA ini menggariskan bahwa kita bisa "menarik" hal-hal, kejadian-kejadian, orang-orang tertentu dalam kehidupan kita.
Pikiran, perasaan, emosi dan tindakan kita menciptakan energi atau frekuensi tertentu yang kemudian  "menarik" energi atau frekuensi yang serupa dengannya ke dalam kehidupan kita.
Law of Attraction terhubung sangat erat dengan the Law of Vibration or Frequency atau Hukum Frekuensi di atas.
Energi atau frekuensi negatif menarik semua yang memiliki energi atau frekuensi negatif pula. Sebaliknya energi atau getaran positif menarik semua yang positif pula.
Ini semua terjadi karena pada esensinya semua hal adalah energi atau frekuensi.
Jadi frekuensi atau energi apa yang Anda pancarkan, itu yang akan Anda tarik ke dalam kehidupan Anda.
Ibaratnya radio, program apa yang Anda siarkan? Yang akhirnya menentukan pendengar macam apa yang Anda harapkan menjadi fans setia radio Anda ini.
Implikasi dari hukum ini, ditambah dengan hukum frekuensi di atas, adalah sangat-sangat besar dalam kehidupan kita.
Salah satunya adalah fakta bahwa kehidupan kita bisa kita bentuk sendiri, dengan lebih dahulu membentuk sumber energi di dalam diri kita agar sesuai dengan hasil yang kita harapkan di luarnya.


9. The Law of Expectation (Hukum Pengharapan)

Hukum Pengharapan ini menetapkan bahwa energi mengikuti pikiran. Segala sesuatu terjadi atau terwujud karena adanya pikiran yang mendahuluinya terlebih dahulu.
Menurut Hukum Pengharapan ini, sebelum sesuatu muncul dalam realitas hidup kita, kita pasti mendahuluinya dengan sebuah harapan (expectation) lebih dahulu. Sesuatu akan terjadi (atau tidak terjadi) berdasarkan harapan kita tersebut.
Hal ini tidak mungkin dibalik, di mana sesuatu terjadi lebih dahulu baru kita berharap.
Adalah absurb menginginkan yang sedang terjadi untuk terjadi, sementara bila mengharapkan sesuatu yang telah lewat untuk terjadi, ini adalah penyesalan yang sia-sia.
Jadi kita harus selalu memulai hidup kita dengan sebuah harapan terlebih dahulu, bukan sebaliknya.
Kita hanya bisa maju mendekati apa yang telah bisa kita bayangkan dengan pikiran kita, bukan sebaliknya.
Jadi apa yang kita pikirkan, kita percayai, kita yakini, kita harapkan itu yang akan mewarnai dan membentuk kenyataan hidup kita.
Intinya, hukum ini menyatakan segala sesuatu/hal terjadi karena adanya pikiran yang mendahuluinya.
Sehingga untuk bisa mengubah pengalaman atau kenyataan hidup kita, yang pertama harus kita lakukan adalah mengubah apa yang kita harapkan untuk terjadi dalam hidup ini terlebih dahulu.
Expect the best and we'll get the best. (Harapkan yang terbaik, maka kita akan mendapat yang terbaik pula).
Hukum Tindakan menyatakan bahwa segala sesuatu menuntut adanya tindakan dari kita apapun itu.
Tidak cukup kita hanya "memancarkan" keinginan kita lalu duduk berdiam diri menunggu datangnya keinginan tersebut.
Tindakan kita tersebut bisa apa saja bentuknya, bisa meminta, bisa bersyukur dengan yang telah ada, bisa menjalani hidup seperti biasa, tetapi tetap harus ada tindakan, dan tindakan tersebut harus mendukung serta sejalan dengan pikiran, emosi dan keinginan kita.
Tidak masalah bila tindakan kita tersebut salah, yang penting kita melakukan sesuatu dan tidak remain stagnant atau statis.
Lebih mudah mengubah arah yang salah daripada berdiam diri tetapi mengharap sampai di tujuan.

11. The Law of Faith (Hukum Keyakinan)

Hukum Keyakinan ini didasarkan pada asumsi dasar bahwa kita semua (umat manusia) pada dasarnya mengetahui jauh lebih luas, jauh lebih banyak daripada apa yang bisa kita lihat, kita dengar dan kita pegang, atau kita cerna hanya dari panca indera dan pengetahuan terbatas kita.
Jiwa kita, esensi kita, mata hati kita, sebenarnya sudah mengetahui jauh lebih banyak dari semua yang bisa dicerna indera ini karena pada dasarnya kita semua terhubung dengan Sang Khalik melalui 'mata hati' kita tersebut.
Dengan memberi kita 'mata hati', Tuhan telah memberi kita semua sebuah 'alat komunikasi' agar manusia selalu bisa berhubungan langsung dengan-Nya di setiap saatnya.
Dan kita tahu ini. Pada dasarnya semua manusia tahu akan hal ini, karena itulah, yang namanya manusia, sebetapa primitifnya pun mereka, tetap memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang membedakan mereka dari binatang, meskipun, katakan, mereka tidak memiliki standar peradaban yang sama dengan standard kita. Koloni manusia pada dasarnya akan tetap berbeda dari sekawanan binatang.
Karena pada dasarnya manusia selalu berada di bawah "bimbingan Tuhan" melalui 'mata hati' mereka ini di setiap saatnya, siapapun mereka, selama mereka tidak berusaha mematikan 'cahaya hati' mereka tersebut.
Kita hanya perlu melihat jauh ke dalam hati, mencerna, dan percaya, pada apa yang kita "dengar" di sana.
Petunjuk untuk kita ada di sana. Di relung hati kita yang terdalam.
Kita harus mencoba untuk membentuk rasa percaya yang lebih besar lagi akan bimbingan nurani ini, karena inilah salah satu sumber intuisi, inspirasi, kebijaksanaan dan petunjuk terbesar untuk semua keputusan dan tindakan kita.


12. The Law of Perpetual Transmutation of Energy (Hukum Perubahan Energi tanpa Henti):

Hukum yang menyebutkan bahwa energi tidak pernah berhenti berubah bentuk ini memberi kesempatan kepada semua orang untuk bisa mengubah kondisi kehidupannya setiap saat mereka merasa ada yang perlu diubah atau diperbaiki.
Semua orang memiliki kekuatan ini karena semua orang memiliki energi (mereka terbentuk oleh energi).
Energi yang berfrekuensi tinggi bisa "menelan" atau mengkonsumsi energi berfrekuensi rendah dan lalu mengubahnya menjadi energi berfrekuensi tinggi.
Contohnya, bila Anda sedang merasa sedih, lalu Anda memutuskan untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan, maka energi kegembiraan tersebut akan "memakan" energi kesedihan, dan kemudian mengubahnya menjadi kegembiraan.
Jadi siapapun orangnya, meski sekarang ini mereka memancarkan energi berfrekuensi negatif, kalau mau, bisa dengan mudah mengubahnya menjadi energi berfrekuensi positif dengan mengikuti dan menerapkan semua prinsip hukum universal sukses yang satu ini.
Kekuatan untuk melakukan segala sesuatu tidak datang dari luar diri seorang manusia, melainkan dari dalam dirinya sendiri.


13. The Law of Relativity (Hukum Relativitas):

Hukum Relativitas ini menyebutkan bahwa segala sesuatu itu bersifat relatif atau nisbi, atau hanya bisa diukur bila dibandingkan dengan sesuatu yang lain. Dan bahwa ukurannya bisa berubah tergantung dengan apa ia dibandingkannya.

14. The Law of Polarity (Hukum Kutub yang Berlawanan):

Hukum ini menyebutkan bahwa di dunia ini segala sesuatunya berada di atas sebuah kontinuum dengan dua kutub atau ujung yang memiliki frekuensi berlawanan. Bila satu ujung positif maka ujung yang lainnya negatif.
Segala sesuatu memiliki lawan atau kondisi sebaliknya. Bagaikan sekeping koin yang memiliki dua sisi berbeda.
Sehingga bila kita ingin mengubah suatu pikiran yang tidak kita inginkan, kita tinggal memusatkan perhatian pada ujung yang lain dari pikiran tersebut.
Hukum ini juga menjelaskan bahwa tidak ada kondisi yang jelek sebenarnya, karena semua hal itu merupakan bagian dari satu kesatuan.
Semua hal punya fungsi mereka masing-masing, baik itu yang menurut anggapan kita jelek maupun yang bagus. Karena keduanya merupakan separo bagian dari satu kesatuan. Kedua hal tersebut harus ada dalam hidup kita.
Kita hanya harus belajar menyeimbangkan kedua kutub tersebut saja, sehingga tidak terjebak ke ujung negatif dari spektrum terus menerus dan berkepanjangan.
Satu cara mujarab untuk mengubah persepsi kita tentang suatu kondisi yang tidak menyenangkan, adalah dengan membayangkan dalam batin kita, kondisi yang kita alami saat ini sebagai satu sisi mata uang, yang kebetulan bergambar muka cemberut, lalu masih dalam bayangan kita, kita membalik mata uang logam tadi sehingga sisi satunya yang bergambar muka tersenyum lebar berada di atas.
Teknik super sederhana ini bisa dimodifikasi sendiri sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi kita, tetapi intinya: selalu bayangkan kita membalik mata uang logam tersebut agar mendapat kondisi yang sebaliknya dari apapun kondisi yang sedang kita alami.
Cepat, sederhana dan biasanya ampuh untuk membantu kita fokus ke sisi lain dari sebuah situasi tidak menyenangkan.

15. The Law of Forgiveness (Hukum Pemaafan):

Hukum pemaafan ini bekerja dengan energi atau frekuensi mengikhlaskan dan mencintai, karenanya energi pemaafan ini bisa menghapus semua energi negatif yang berasal dari keinginan untuk membalas dendam.
Energi pembalasan membuat seseorang berada pada frekuensi yang sangat rendah dan terjebak di sana.
Sementara memaafkan, melepaskan rasa marah yang terpendam serta mengikhlaskan sesuatu kejadian, termasuk yang negatif, akan  mengangkat energi seseorang ke frekuensi tinggi yang akan menarik lebih banyak lagi kejadian menyenangkan dalam hidupnya.
Kelembutan terhadap sesama dan kemampuan memahami orang lain adalah buah dari hukum pemaafan dan kasih sayang ini.
Semua yang baik berasal dari pemaafan.
Kelangsungan hidup spesies manusia inipun tergantung dari kemampuan mereka memaafkan manusia lain.
Memaafkan adalah suatu bentuk keagungan jiwa.
Pemaafan adalah bentuk kekuatan dari mereka yang paling kuat.
Pemaafan membutuhkan kedalaman dan ketenangan jiwa.
Pemaafan dan kelembutan, tiadanya keinginan untuk membalas dan menghakimi manusia lain, adalah dua karakteristik mereka yang memiliki kebesaran jiwa, serta ketenangan yang bersumber dari cahaya ilahi, kebenaran dan kekuatan sejati.
Energi pemaafan mengikat dunia menjadi satu dan menghindarkannya dari tercerai berai.
Hukum pemaafan membantu manusi menikmati kehidupan yang penuh dama dan keharmonisan dengan siapapun dan apapun di sekitar mereka.

16. The Law of Allowing atau the Path of Least Resistance

Dalam bahasa Indonesianya, maksudnya adalah, Hukum Menerima segala sesuatu dengan Ikhlas, tanpa resistance atau penolakan.
Ini adalah salah satu hukum paling penting.
Penerapan ke semua hukum di atas akan menghasilkan efek positif sebagaimana yang kita inginkan bila kita tidak meninggalkan yang satu ini.
Ibaratnya keseluruhan hukum universal sukses ini adalah sebuah mesin, maka hukum the Law of Allowing atau Hukum Menerima adalah olinya, yang membuat semua bagian mesin tersebut berjalan dengan lancar, "smooth", tanpa friksi atau gesekan yang parah.
Tetapi menerima ini sini bukan berarti menerima semua keadaan dengan sikap pasrah  yang lebih cenderung ke arah menyerah sebagaimana sering dipahami banyak orang saat ini.
Sering sekali orang menggunakan alasan "ini sudah kehendak Tuhan" untuk tidak melakukan apa-apa untuk merubah suatu kondisi.
Bukan. Bukan "menerima" macam ini yang dimaksud dengan Hukum Menerima di sini.

Fokus pada fakta bahwa hidup kita sudah kaya

Hukum Menerima berarti kita bisa menerima kehidupan yang kita inginkan saat ini juga, karena pada dasarnya kita memang sudah dikelilingi oleh kehidupan impian ini.
Hanya saja bila fokus kita ke arah yang salah, maka kita tidak akan bisa merasakan kehidupan yang menyenangkan ini.
Ibaratnya kita duduk di dekat sebuah sungai, tetapi kita tidak menghadap ke sungai tersebut, maka kita tidak akan bisa melihat sungai tersebut selama kita berkeras tidak mau mengubah arah pandangan kita.
Dengan adanya hukum ini, kita dituntut untuk selalu ingat bahwa alam ini sudah diciptakan dengan sempurna dengan tingkat harmoni yang tinggi, sehingga segala sesuatunya sudah diatur untuk berjalan dengan lancar, tanpa harus dikejar, tanpa campur tangan manusia.
Energi penciptaan bervibrasi menarik segala sesuatu yang mudah, mulus, lancar tanpa hambatan. Sehingga ketika kita menginginkan sesuatu tetapi kemudian yang tertarik ke dalam diri kita adalah segala hal yang terasa membebani, menyulitkan, tidak menyenangkan, maka itu berarti ada yang salah dengan jalan yang kita tempuh.
Emosi negatif yang kita rasakan memberi kita pertanda bahwa kita sedang berjalan atau melihat ke arah yang salah sehingga justru menghambat energi Penciptaan Sang Kuasa untuk Anda.
Kesuksesan (semua keinginan) yang telah kita minta justru akan semakin cepat dirasakan bila kita berhenti jungkir balik mengejarnya atau memaksakan diri dengan segala cara mendiktekan kemauan kita.
Sukses akan mulai kita rasakan bisa kita bisa melihat dan menikmati hidup yang sudah kita miliki ini sebagai sesuatu yang "sudah" indah, sebagai modal untuk menerima yang lebih indah lagi.

Konsep "Early Bird" menjerumuskan

Anda mungkin pernah mendengar peribahasa yang mengatakan, "The early bird gets the worms" atau "Burung yang bangun lebih pagilah yang mendapat cacing (makanannya)."
Maksudnya, "Kalau mau kebagian rejeki lebih banyak dari orang lain, bangunlah lebih pagi, sebelum kedahuluan orang lain."
Istilah ini bahkan kemudian menjadi sebuah jargon pemasaran, "Early Bird" atau pembeli awal, yang biasanya mendapat fasilitas berbeda dari pembeli berikutnya.
Pesan harfiah dari peribahasa ini adalah, bergeraklah lebih cepat, bekerjalah lebih keras dan bersainglah dengan orang lain bila ingin mendapatkan hasil lebih banyak.
Tapi, tahukah Anda betapa "menyesatkannya" ajaran ini?
Di alam raya ini semua burung mendapatkan cacingnya.
Jutaan spesies burung di luar sana, semua kebagian cacing mereka, entah mereka bangun pagi atau tidak.
Ketika Tuhan menghendaki kelangsungan hidup spesies burung, betapa banyaknya pun jumlah mereka, maka itu berarti Tuhan juga akan menyiapkan jumlah cacing yang mencukupi untuk mereka semua, bukan?
Inilah esensi hukum the Law of Allowing atau Hukum Menerima itu, bahwa tidak ada yang perlu kita perebutkan mati-matian dengan orang lain di dunia ini.
Hidup ini bukan sebuah persaingan atau perlombaan tentang siapa yang mendapat atau mengumpulkan harta benda lebih banyak. Hidup ini juga bukan sebuah kekhawatiran tentang tidak kebagiannya kita akan rejeki Tuhan yang melimpah ruah.
Kita semua pasti kebagian. Kita harus percaya bahwa Tuhan punya cukup kekayaan untuk dibagikan kepada kita semua sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa harus kita merebut, mengambil, "mencuri" atau bahkan hanya sekedar iri terhadap milik orang lain.
Kita pasti mendapat semua yang kita inginkan, langsung dari yang Maha Kuasa tanpa kita harus berbuat curang, melakukan kriminalitas, melanggar hukum atau sekedar melanggar batas-batas moral yang kita miliki sendiri.

Mata hati, Nurani, kompas dan rambu hidup kita

Ya semua orang, bahkan para kriminalpun, memiliki hati nurani, atau hati kecil yang pasti merasa tidak nyaman ketika mereka melakukan tindakan "jahatnya".
Kita semua sudah memiliki "inner compass" atau panduan internal dalam diri berupa mata hati kita untuk membantu menentukan apa yang salah serta apa yang benar.
Jadi siapapun, pasti tahu, atau paling tidak merasa, bila mereka melakukan kesalahan. Perasaan mereka tidak akan nyaman, tidak akan positif.
Jadi, jangan lakukan itu. Jangan lakukan sesuatu yang mengusik ketenangan hati nurani Anda.
The Law of Allowing atau Hukum Menerima mengajarkan bahwa kita tidak perlu melakukan sesuatu bila hal tersebut tidak terasa nyaman di hati kita dan terasa ada sesuatu yang salah.
Apa yang terasa salah ini itulah resistance yang kita rasakan, resistance atau penolakan yang terasa karena kompas internal hidup kita yaitu si Mata Hati/Nurani berusaha menolaknya.
Nah, Hukum Menerima mengajarkan kita untuk mencari cara yang paling kecil penolakannya (the Path of Least Resistance). Atau dengan kata lain, cara yang kita tempuh untuk menikmati hidup sukses ini hendaklah cara yang paling bisa diterima oleh Hati Nurani kita yang selalu terhubung dengan petunjuk Tuhan.
The Law of Allowing atau Hukum Menerima juga mengajarkan bahwa energi penciptaan, energi sukses, energi kelimpahan itu terasa menyenangkan, indah dan penuh harmoni dengan hidup kita, selalu positif. Selalu.
Jadi bila sesuatu terasa negatif, berarti ada yang salah, dan harus dikaji ulang.
Bila Anda terus menerus terjebak masalah yang sama, berhenti. Evaluasi situasi Anda. Dan coba berbalik atau berganti arah.
Bahkan sebuah tujuan muliapun, misalnya, bila terus menerus terhadang tantangan, juga harus dievaluasi. Mungkin itu berarti ia menempuh arah yang salah. Harus coba arah lain.
Adanya halangan atau hambatan mungkin juga berarti Tuhan ingin mengatakan bahwa hal tersebut tidak perlu Anda lakukan, karenanya Dia menempatkan halangan demi halangan di depan Anda agar Anda berhenti memaksakan kehendak Anda.
Atau "lepaskan dayung Anda, biarkan arus membawa Anda kemana pun ia mengalir. Selama Anda tahu sungai tersebut mengarah ke tujuan yang ingin Anda capai, Anda tidak perlu mengayuh terlalu keras, atau bahkan tidak perlu mengayuh sama sekali kalau perlu. Nikmati saja perjalanan dan pemandangan di sekitar Anda."
Ya, untuk sukses total, Anda harus berani berhenti mengejar dan berusaha terlalu keras. Anda tidak perlu lakukan itu. Anda tidak perlu "membanting tulang, bersimbah peluh". Ada cara yang lebih baik, lebih positif, bila Anda percaya.
The Law of Allowing atau the Law of the Least Resistance atau Hukum Menerima dengan Penolakan Sekecil Mungkin ini menuntut kita untuk meminta bentuk kehidupan yang kita inginkan kepada Tuhan, lalu menyerahkan petunjuk sepenuhnya kepada ke-Maha Tahuan-Nya, dan kemudian tinggal mengikuti petunjuk tersebut, sehingga semua terasa mudah.
Bila hidup Anda penuh penderitaan, penuh perjuangan tanpa akhir, duka nestapa tiada henti, air mata berkepanjangan, konflik dan intrik, dan semua yang tidak menyenangkan, maka, maaf pembaca, saya harus jujur pada Anda, bahwa itu berarti Anda telah memaksakan diri untuk menempuh jalur yang tidak sesuai dengan yang telah digariskan-Nya.
Anda memaksakan diri untuk menerjang segala rintangan yang mungkin sengaja dipasang-Nya untuk membuat Anda mengubah arah, mengubah paradigm dan cara pandang hidup Anda.
Anda memaksakan diri dan tidak bersedia menerima petunjuk dan pemberian Tuhan yang sebenarnya justru menjamin kehidupan yang lebih baik untuk Anda.
Halangan demi halangan telah ditaruh Tuhan di hadapan Anda agar Anda berbalik arah, tetapi Anda nekat maju terus.
Anda tahu pekerjaan Anda tidak menyenangkan, tidak menghasilkan, tidak menghargai potensi Anda, penuh persaingan tidak sehat yang menguras energi, tidak membawa kepuasan batin, tidak membantu Anda menjadi orang yang lebih baik, bahkan juga tidak mencukupi secara ekonomi, tetapi Anda terus maju. Bertahun-tahun, dari hari ke hari, terus bertahan walau Anda tidak bahagia, walau di belakang mengomel dan mengeluh, hanya karena Anda tidak berani keluar darinya dan mencoba sesuatu yang baru.
Anda tahu uang yang Anda terima ini salah secara moral, mungkin tidak halal atau meragukan, tetapi karena Anda tidak yakin bahwa kalau Anda tidak mengambil uang tersebut Anda bisa kaya, maka Anda ambil juga, walau penuh pergumulan batin. Anda tidak tentram sesudahnya karena Anda tidak percaya akan penjagaan-Nya.
Ini hanyalah dua contoh nyata kasus yang tidak mengindahkan Hukum Menerima, tidak mau menerima dan mendengarkan bisikan Hati Nurani dan perasaan sebagai "bahasa" Tuhan untuk berkomunikasi dengan kita.
Maka apa mengherankan kalau kemudian, walau banyak orang yang punya uang atau jabatan, atau harta benda, tetapi mereka tidak bisa disebut sukses karena kehidupan mereka bertentangan dengan tugas hidup dan amanat dari Sang Pencipta?



Demikian penjabaran singkat beberapa hukum terpenting dari Hukum Universal Sukses yang merupakan alat paling ampuh Anda untuk menikmati hidup sukses dan bermakna. Hidup yang sesuai dengan impian dan tujuan hidup Anda. Hidup yang menghargai potensi dan amanat yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kita.
Semoga dengan memahami Hukum-hukum Universal Sukses tersebut, Anda bisa menikmati kesuksesan total Anda.
INFO LAIN ANDA BUKA http://www.uangbalik.in/?id=13685870  atau Anda KLIK DISINI atau DISINI



Rahasia Hidup bahagia dan kaya, Visi dan misi hidup sukses, Toko bagus, Sukses total, 5 karakter orang sukses, 5 rahasia hidup sukses, rahasia sukses, cara hidup sukses, cara sukses, tips hidup sukses, tips sukses, hidup sukses, cara mudah sukses, cara gampang sukses, sukses mudah, sukses gampang, ciri-ciri orang sukses, afrijoni, afrijoni spt